(0)



Di Bodetabek, Rumah Tapak Masih Lebih Diminati
Berita Terkini | 9 September 2019

Bisnis.com, JAKARTA — Permintaan properti rumah tapak dinilai lebih diminati daripada permintaan properti hunian vertikal atau apartemen di wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Hal ini terpengaruh oleh perbandingan harga beli yang bersaing antara kedua properti itu.

CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan bahwa tinggal di apartemen belum menjadi pilihan utama bagi para konsumen.

Pasalnya, harga apartemen rata-rata di wilayah kota penyangga terbilang masih tinggi dibandingkan dengan harga rumah di wilayah tersebut yang notabene masih memiliki lahan yang cukup.

"Konsumen akan [memilih] apartemen apabila harganya diperkirakan sepertiga dari harga beli rumah," tuturnya kepada Bisnis, Minggu (8/9/2019).

Berdasarkan catatan IPW, kebutuhan jenis properti yang terintegrasi dengan pusat transportasi umum atau transit oriented development (TOD) menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat perkotaan.

Namun, lanjutnya, harga apartemen yang ditawarkan oleh para pengembang di kota penyangga yang berkisar Rp500 jutaan hanya untuk tipe studio terkecil. Hal ini menjadi perbandingan yang bersaing dengan harga jual rumah tapak dengan nilai jual rata-rata mulai Rp300 jutaan di wilayah tersebut.

"Semakin mahalnya apartemen yang ditawarkan pengembang di kota penyangga, maka tujuan untuk mengurangi backlog [kekurangan pasok] semakin menjauh," tutur Ali.

Ali menuturkan bahwa hal ini berbeda dengan 2 tahun atau 3 tahun yang lalu, saat harga apartemen di TOD masih ditawarkan dengan harga Rp250 jutaan—Rp300 jutaan dan pasar merespons dengan cukup baik.

"Pasar pembeli end-user tidak mampu lagi untuk menjangkau harga tersebut, dan tergantikan dengan pasar investor yang membeli apartemen tersebut untuk kemudian disewakan lagi kepada para penyewa," tuturnya.


Sumber : ekonomi.bisnis.com


Baca Artikel Terkait
Berita Terkini | 29 Juni 2020
Hunian Inden Tak Lagi Diminati, Ini Alasannya
Bisnis.com, JAKARTA - Kenormalan baru atau new normal ternyata ikut mengubah prefensi masyarakat terhadap produk properti, khususnya hunian berupa rumah tapak atau apartemen.Alih-alih membeli unit yang masih dalam proses pembangunan atau sama sekali belum dibangun, kini masyarakat memilih untuk membeli hunian yang siap huni.Associate Director  Coldwell Banker Commercial Dani IndraBaca Selengkapnya
Berita Terkini | 29 Juni 2020
Hari Gini, Aduan ke Sektor Properti Kok Masih Tinggi
Bisnis.com, JAKARTA – Rasa senang bakal segera bisa punya rumah sendiri ternyata harus pupus ketika pembeli rumah berhadapan dengan pengembang atau agen properti nakal, yang menebar jani-janji manis dan kemudian diingkari saat proses telah berjalan.Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat sepanjang 2019 aduan terkait dengan pembelian properti menjadi yang terbanyakBaca Selengkapnya
Berita Terkini | 29 Juni 2020
Penyaluran FLPP Capai Rp7,11 Triliun
Bisnis.com, JAKARTA – Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) melaporkan, per Jumat 26 Juni 2020, dana yang telah disalurkan untuk Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) senilai Rp7,11 triliun.PPDPP mencatat, total realisasi Rp7,11 triliun tersebut telah membiayai 70.335 unit rumah, atau telah mencapai 68,62 persen dari anggaran. Sehingga total penyaluran FLPPBaca Selengkapnya