(0)



Bisnis.com, JAKARTA - Kenormalan baru atau new normal ternyata ikut mengubah prefensi masyarakat terhadap produk properti, khususnya hunian berupa rumah tapak atau apartemen.

Alih-alih membeli unit yang masih dalam proses pembangunan atau sama sekali belum dibangun, kini masyarakat memilih untuk membeli hunian yang siap huni.

Associate Director  Coldwell Banker Commercial Dani Indra Bhatara mengatakan terdapat beberapa alasan yang diperkirakan mendorong konsumen mencari unit siap huni.

Pertama, adalah faktor keamanan. Unit siap huni dinilai lebih aman karena sudah dibangun sehingga tidak ada kekhawatiran jika pihak pengembang tidak menyelesaikan bangunannya.

Kedua, adalah kepastian akan kualitas. Karena calon pembeli dapat langsung melihat hasil pembangunan unit yang akan dibeli.

"Kemudian, karena konsumen yang saat ini melakukan transaksi cenderung adalah end user, atau pengguna langsung maka ada sebagian dari mereka ingin segera pindah, sehingga readystock tentu lebih menguntungkan," katanya ketika dihubungi oleh Bisnis akhir pekan lalu.

Selain itu, menurut Dani penawaran yang menarik berupa diskon atau kemudahan lainnya dari pengembang juga ikut mempengaruhi. Penawaran tersebut diberikan lantaran pengembang membutuhkan dana segar. Sementara modalnya sudah tertanam dalam unit yang selesai dibangun.

"Hal ini terutama terjadi untuk perumahan skala kecil, dimana konsumen cenderung khawatir di masa pandemi Covid-19 ini pihak pengembang mengalami kesulitan dalam pengelolaan perumahannya," ungkapnya.

Namun, hal tersebut tidak dilakukan oleh semua pengembang. Karena terdapat pengembang yang masih dapat menjual produknya secara inden, khususnya untuk pengembang besar, yang memiliki reputasi yang baik.

Sehingga konsumen masih percaya bahwa unit rumahnya akan dibangun serta diserahterimakan seperti yang telah dijanjikan.

Sementara itu,CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda masyarakat lebih memilih unit yang siap huni untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Konsumen tidak lagi melihat unit yang mereka beli sebagai sebuah instrumen investasi seperti sebelumnya.

"Pasar lebih memilih yang ready stock untuk menjamin kepastian pembangunan unitnya," katanya kepada Bisnis.

Kalaupun unit siap huni masih belum tersedia, konsumen akan lebih detail dalam menanyakan proses pembangunan. Tentunya kepastian kapan unit akan selesai dan diserahterimakan menjadi pertimbangan terbesar.

Selain itu, Ali mengungkapkan di masa pandemi Covid-19 banyak pengembang yang menjual unit siap huni dengan harga lebih murah.

"Ready stock malah harga bisa lebih murah. Karena pengembang butuh dana cepat untuk [menjaga] cashflow mereka," ungkapnya.


Sumber : ekonomi.bisnis.com


Baca Artikel Terkait
Berita Terkini | 8 April 2022
Kembangkan Ekosistem Perumahan Digital, Bank BTN Gandeng Arsitag
Bank BTN terus mengembangkan layanan di ranah ekosistem perumahan digital (digital mortgage ecosystem) dengan menggandeng berbagi start-up yang fokus pada ekosistem perumahan. Salah satunya menjalin kerjasama dengan platform Arsitag yang merupakan marketplace jasa layanan profesional arsitektur, desain interior dan kontraktor. Direktur Operation, IT and Digital Banking Bank BTN, Andi Nirwoto mengatakan, kerjasama yang dijalin perseroan denganBaca Selengkapnya
Berita Terkini | 4 April 2022
BTN Apresiasi Pengembang Loyal
NUSA DUA-PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) siap memberikan kemudahan proses kredit bagi para pengembang yang mempunyai track record baik. Kemudahan tidak hanya dalam bentuk pemberian suku bunga khusus tetapi juga aturan-aturan terkait proses kredit akan direlaksasi.“Kemudahan yang diberikan Bank BTN ini diharapkan akan memotivasi para developer yang berkategoriBaca Selengkapnya
Berita Terkini | 24 Agustus 2020
Dana FLPP 2020 Sudah Disalurkan Rp8,54 Triliun untuk 84.080 Rumah
Bisnis.com, JAKARTA – Dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tahun ini hingga Rabu (19/8/2020) telah disalurkan sebesar Rp8,54 triliun untuk 84.080 unit rumah.Direktur Utama Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) Arief Sabaruddin mengatakan total penyaluran dana FLPP dari 2010 hingga 2020 mencapai Rp52,91 triliun untuk hunian sebanyak 739.682 unit.Dana FLPPBaca Selengkapnya