(0)



Bisnis.com, JAKARTA - Pengembang rumah bersubsidi kembali mendesak perbankan memberikan insentif percepatan realisasi kredit pemilikan rumah (KPR) di tengah wabah corona jenis baru atau Covid-19.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Daniel Djumali mengatakan bahwa kondisi saat ini perbankan malah mempersulit dalam melakukan akad KPR.

Dia mengatakan bahwa dalam beberapa waktu belakangan, Apersi sudah menyampaikan keresahan pengembang masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan sejumlah pihak terkait.

Menurut dia, solusi pengembang MBR terhadap dampak Covid-19 adalah dengan kelancaran dan penguatan arus kas. Salah satu poin yang disampaikan adalah perlu adanya relaksasi dan percepatan realisasi akad KPR bank pelaksana hingga segi pencairannya.

"Pengembang MBR berharap bisa dijalankan dengan baik oleh bank pelaksana khususnya BTN dan BNI dengan menyesuaikan faktor risk manajemennya," kata Daniel pada Bisnis, Minggu (17/5/2020).

Dia menyatakan bahwa kondisi saat ini banyak rumah yang sudah selesai 100 persen akan tetapi tidak bisa akad KPR. Realisasi KPR dibutuhkan agar arus kas terus berputar sehingga tidak sampai  melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Terlebih, sudah adanya stimulus Rp1,5 triliun yang salah satunya berupa subsidi selisih bunga (SSB). Stimulus itu diharapkan menambah 175.000 kuota rumah subsidi menyusul habisnya kuota fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). 

Namun, penambahan kuota subsidi itu harus diiringi dengan percepatan realisasi KPR. Apalagi, beban pengembang MBR ditambah dengan lebih ketatnya perbankan dalam penyaluran KPR.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Pahala Nugraha Mansury belum menjawab soal permintaan tersebut. Namun, yang pasti pihaknya siap menyalurkan SSB untuk 146.000 unit rumah.

"Kita siap lakukan penyaluran KPR subsidi SSB di bulan Mei ini dan bahkan mulai minggu depan sudah akan disalurkan. [Kita] berharap bahwa pengembang siap juga untuk menyalurkannya," kata dia pada Bisnis.


Sumber : ekonomi.bisnis.com


Baca Artikel Terkait
Berita Terkini | 3 Agustus 2020
BTN Sebut Permintaan Rumah Masih Tinggi
Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah pandemi Covid-19, permintaan kebutuhan perumahan tetap ada karena fungsi rumah saat ini bukan hanya sebagai tempat tinggal belaka.Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Pahala N. Mansury mengatakan pengaruh pandemi Covid-19 ini berdampak pada menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi nasional."Jumlah dari masyarakat yang terinfeksi terus meningkat,Baca Selengkapnya
Berita Terkini | 3 Agustus 2020
Sektor Perumahan Diyakini Dongkrak Pemulihan Ekonomi Nasional
Bisnis.com, JAKARTAKolaborasi berbagai entitas keuangan dan perumahan diyakini dapat mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional (PEN). Hal ini seiring dengan potensi dan daya ungkit dari dua sektor tersebut sangat besar terhadap perekonomian nasional.Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan program PEN merupakan bagian dari kebijakan luar biasa yang ditempuh pemerintah untuk memitigasi dampakBaca Selengkapnya
Berita Terkini | 27 Juli 2020
SMF Revisi Target Penyaluran Pinjaman 30 Persen
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF akan merevisi target penyaluran pinjaman sekitar 30 persen dari total RKAP 2020 senilai Rp 13,035 triliun. Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengungkapkan hal tersebut saat menjawab pertanyaan Kompas.com, dalam konferensi pers virtual, Senin (27/7/2020). "Kami masih dalam proses, dan angka pastinya masih dibicarakan denganBaca Selengkapnya