(0)



Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat mencemakan risiko penurunan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah  sebagai imbas dari sentimen virus corona atau Covid-19.

Virus jenis baru itu terus meluas di Indonesia dan dinilai dapat mengganggu perekonomian Tanah Air, termasuk mempengaruhi daya beli kalangan MBR terhadap permintaan properti bersubsidi jika pandemi tersebut belum juga teratasi dalam jangka panjang.

Ketua Umum Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Endang Kawidjaja mengatakan untuk jangka pendek, sentimen corona hanya berdampak rendah pada sektor properti kelas bawah.

Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan sektor properti yang menyasar kalangan menengah atau kelas atas yang masih cenderung menahan realisasi pembelian properti. 

"Belum terlalu kelihatan [dampaknya] kalau di [rumah] subsidi, tapi pasti ke depan akan berdampak terutama terhadap kemampuan konsumen [dalam pembelian properti]," kata dia, Senin (6/3/2020).

Endang mengatakan bahwa dampak itu bisa terjadi ketika calon konsumen akan mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ke perbankan. Namun, saat perbankan akan memfinalisasi pengajuan KPR-nya ternyata pendapatan calon kreditur tersebut mengalami penurunan sehingga berdampak pula pada realisasi KPR.

Kekhawatiran itu juga ditambah dengan pembatasan ruang gerak masyarakat sebagai pencegahan penyebaran covid-19 sehingga bisa berdampak pada aktivitas ekonomi masyarakatnya.

"Nah, itu akan berdampak pada gagalnya KPR sehingga mengurangi realisasi dan menghambat program sejuta rumah. Itu yang akan diperkirakan terjadi," kata Endang.

Dia menyatakan bahwa untuk saat ini pihaknya belum meminta insentif tambahan sebagai antisipasi dari dampak virus corona. Lagi pula, imbuhnya, insentif tambahan sebesar Rp1,5 triliun yang digentorkan pemerintah pada Februari lalu dinilai sudah cukup memadai.

Tambahan itu terdiri dari pengaktifkan kembali Subsidi Selisih Bunga (SSB) sebesar Rp800 miliar dan tambahan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) Rp700 miliar.

"Sudah cukup dengan adanya yang terakhir itu. Namun, yang kita khawatirkan dampak jangka pendeknya adalah pendapatan [masyarakat menurun] sehingga berimbas pada [realisasi] KPR," ungkapnya.


Sumber : ekonomi.bisnis.com


Baca Artikel Terkait
Berita Terkini | 29 Juli 2022
Yang Harus Kamu Pahami Tentang KPR FLPP
https://www.freepik.com/free-photo/crop-hand-holding-house-near-coins_2172368.htm#query=house&position=31&from_view=search  Memiliki rumah sendiri tentu menjadi impian semua orang. Namun, ada banyak proses yang harus dilalui dan diperhatikan, mulai dari perencanaan anggaran hingga proses pembelian rumah. Dana merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam proses pembelian rumah. Sayangnya, keterbatasan dana ini sering kali menjadi kendala untuk bisa memiliki rumah. Selain itu, harga rumah setiap tahunnya terus meningkat. Ini membuatBaca Selengkapnya
Berita Terkini | 27 Juni 2022
Ketahui Prosedur Penyitaan Rumah oleh Bank
Membeli secara KPR merupakan solusi untuk memiliki rumah. Pada proses KPR, sertifikat rumah akan dijadikan sebagai jaminan yang disimpan oleh Bank. Selama jangka waktu KPR kamu diharapkan dapat terus melakukan pembayaran cicilan KPR sesuai dengan jumlah dan waktu yang ditetapkan hingga  KPR-mu lunas. Kamu pasti pernah mendengar kalau kredit rumah macet, rumahBaca Selengkapnya
Berita Terkini | 27 Juni 2022
Kenali Ciri Pengembang tidak Bertanggung Jawab, di sini!
Saat membeli rumah banyak aspek yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan dengan baik, salah satunya terkait pengembang atau developer rumah. Jangan sampai kamu terjebak dengan developer yang tidak bertanggung jawab. Pengembang nakal biasanya memanfaatkan ketidakpahaman dari calon pembeli, seperti mekanisme pembelian dan aturan PPJB (Perjanjian Pengikatan Jual Beli). Pengembang yang tidak bertanggung jawab dapat berdampak pada proses pembangunanBaca Selengkapnya