(0)



Bisnis.com, JAKARTA – Potensi investasi asing di sektor properti diklaim masih akan cerah kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi merosot tajam akibat pandemi Covid-19.

Wakil Ketua Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia (REI) Bidang Hubungan Luar Negeri Rusmin Lawin mengatakan bahwa pelemahan pertumbuhan ekonomi tak hanya dialami Indonesia, tapi juga negara lain, termasuk China sebagai salah satu acuan.

“Sehingga investasi di sini akan tetap menarik, harus diingat bahwa investasi properti ini bukan investasi jangka pendek yang hari ini bangun besok jual. Satu proyek itu kan siklusnya bisa 3-5 tahun jadi ini agak menengah jangka investasinya,” ungkapnya kepada Bisnis.com, Minggu (26/4/2020).

Dia menjelaskan semua berhitung bahwa Covid-19 ini mungkin tahun depan sudah benar-benar selesai, 2021 diharapkan pasar sudah kembali aktif dan bergerak lebih cepat.

“Kita lihat China, dia kan jadi benchmark-nya, sekarang sudah mulai bangkit. Beberapa negara Eropa juga sudah mulai membuka diri, sudah bisa kembali beroperasi seperti biasa. Artinya, kemungkinan semuanya untuk kembali seperti semula besar sekali,” jelasnya.

Rusmin menambahkan, yang menjadi tantangan bagi dunia investasi, termasuk properti ke depan adalah kecepatan negara menangani Covid-19 dan menjauhi isu yang klasik seperti menangani tenaga kerja.

“Tenaga kerja di sini kan sering kali ada saja masalahnya, perusahaan harus bisa menangani jangan sampai ada demo-demo, buat nama baik sehingga investor juga lebih percaya diri investasi di sini [Indonesia],” imbuhnya.

Menurutnya, persoalan yang perlu dibenahi masih sama, yakni dari sisi birokrasi, tenaga kerja, infrastruktur, kepastian hukum, dan insentif.

“Persoalannya itu-itu saja. Kalau dilihat, sekarang semua negara sekarang berlomba untuk memberikan insentif untuk menarik PMA [penanaman modal asing], jadi kita harusnya berlomba juga,” lanjutnya.

Senada, sebelumnya konsultan properti Colliers International Indonesia juga menyebutkan bahwa persiapan untuk investasi properti di saat seperti ini justru menjadi langkah cerdas.

Director Advisory Service Colliers International Indonesia Monica Koesnovagril menyebutkan dalam berinvestasi properti seperti melakukan pembelian lahan akan perlu waktu tahunan untuk bisa mulai mengolahnya.

“Lahan yang dibeli sekarang bisa digunakan untuk membangun proyek baru beberapa tahun ke depan ketika siklus dan kondisi yang kemungkinan sudah berbeda,” ungkapnya.

Sementara itu, untuk jangka panjang, rencana awal terkait penyewaan dan penjualan proyek terkini diperkirakan harus mengalami penyesuaian.

“Pengembang dan pemilik properti harus punya cadangan pasok yang cukup untuk menampung permintaan yang waktunya kemungkinan bisa lebih panjang,” ujar Monica.


Sumber : ekonomi.bisnis.com


Baca Artikel Terkait
Berita Terkini | 17 Februari 2020
SASAR MILENIAL, BANK BTN GELAR INDONESIA PROPERTI EXPO KE-20
Kabar gembira bagi mereka yang ingin segera merealisasikan mimpinya membeli rumah impian, karena  PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk kembali menggelar  Indonesia Property Expo (IPEX) pada tanggal 15 Februari hingga 23 Februari 2020 mendatang. Pada IPEX ke 20 yang digelar di JCC, Jakarta Pusat tersebut, Bank BTN menargetkan dapat meraupBaca Selengkapnya
Berita Terkini | 10 Februari 2020
Kementerian PUPR Rilis Aplikasi Pemantauan Bedah Rumah
Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan merilis aplikasi pemantauan pelaksanaan bedah rumah atau Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid mengatakan aplikasi E – BSPS tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mempermudah pemantauan serta meminimalisir dokumenBaca Selengkapnya
Berita Terkini | 10 Februari 2020
Ini Alasan Keluarga Muda Lebih Senang Rumah Tapak
Bisnis.com, JAKARTAMinat masyarakat untuk memiliki hunian berupa rumah tapak ternyata masih sangat besar. Hal ini terlihat dari hasil riset situs jual beli rumah dalam jaringan Rumah123.com.Hasil riset menyebutkan bahwa tingkat pencarian rumah tapak naik 34 persen, sedangkan pencari apartemen dan tanah justru turun masing-masing 10 persen dan 2 persen. PengembangBaca Selengkapnya