(0)



Bisnis.com, JAKARTA - Pengembang perumahan menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia yang telah dilakukan dua kali di sepanjang tahun ini belum begitu berdampak ke sektor properti.

Bank Indonesia (BI) sebelumnya menurunkan kembali suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen dari sebelumnya 4,75 persen sebagai akibat dampak virus corona jenis baru atau covid-19, yang semakin merebak di Tanah Air.

"Penurunan suku bunga BI belum terlalu terasa dampaknya, walaupun memang sudah ada bank yang menurunkan [suku bunga KPR]," ujar General Manager Investor Relation PT Modernland Realty Tbk. Danu Pate pada Bisnis, Minggu (22/3/2020).

Danu menyatakan penurunan suku bunga acuan BI seharusnya dapat ditanggap dengan cepat oleh semua perbankan untuk menurunkan suku kredit kepemilikan rumah (KPR) sehingga bisa lebih dijangkau oleh konsumen.

Namun, dia belum bisa memproyeksikan di kisaran berapa BI dan perbankan seharusnya menurunkan suku bunganya agar cepat direspons pasar.

"Karena saat ini industri properti masih menunggu respons dari perbankan terkait penurunan suku bunga BI, dan kami akan melihat feedback dari konsumen setelahnya," kata dia.

Direktur PT Pancakarya Griyatama Norman Eka Saputra berharap penurunan suku bunga acuan BI dapat kembali manggenjot bisnis properti lebih bergairah.

Selain itu, penurunan suku bunga ini setidaknya dapat menjembatani masalah arus kas perusahaan dalam jangka pendek yang saat ini dialami banyak perusahaan lantaran adanya terjangan Covid-19.

Norman menilai bahwa untuk saat ini, suku bunga acuan BI dinilai sudah cukup dan ke depan dapat disesuaikan secara bertahap tergantung situasi yang melanda perekonomian Tanah Air. 

"Bank tentunya diharapkan secara tanggap menyesuaikan supaya efek yang dinikmati bisa cepat, tepat waktu dan sesuai momentum ekonomi saat ini," ujar dia.

Sekretaris Perusahaan PT Urban Jakarta Propertindo Tbk. Tri Rachman Batara menyatakan bahwa secara logika, penurunan suku bunga acuan BI seharusnya berpengaruh pada permintaan pasar properti.

Hanya saja, hal ini dengan asumsi jika perbankan dapat langsung menurunkan suku bunga kredit kepemilikan rumah atau kredit kepemilikan apartemen yang dapat menggenjot permintaan pasar.

"Apalagi [penurunan suku bunga ini] kalau dibarengi program-program yang menarik," tuturnya.


Sumber : ekonomi.bisnis.com


Baca Artikel Terkait
Berita Terkini | 17 Maret 2020
Kadin Properti Usul Relaksasi Pajak di Tengah Sentimen Corona
Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Properti mengusulkan agar pemerintah memberikan stimulus berupa relaksasi pajak di sektor properti.Usulan itu disampaikan sebagai antisipasi lanjutan dari dampak virus corona jenis baru atau covid-19 yang semakin meluas di Indonesia dan mengancam segala sektor industri, termasuk industri properti. "Saya rasa dampak virusBaca Selengkapnya
Berita Terkini | 17 Maret 2020
Corona Turut Pengaruhi Transaksi Properti di Indonesia
JAKARTA, KOMPAS.com - Merebaknya virus corona ( covid-19) turut memengaruhi transaksi properti di Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Lukas Bong mengatakan memang ada dampak terhadap transaksi jual-beli properti pasca merebaknya corona di Indonesia. Kejadian ini menyebabkan para broker tidak dapat melakukan aktivitas terutama secara tatapBaca Selengkapnya
Berita Terkini | 17 Maret 2020
Ini Jurus Kementerian PUPR Jaga Stabilitas Pasar Properti
Bisnis.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berupaya untuk menjaga stabilitas pasar properti di tengah sentimen pandemi virus corona atau Covid-19.Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Khalawi Abdul Hamid. Untuk menjaga stabilistas pasar properti tersebut, dia menyatakan pemerintahBaca Selengkapnya