(0)



PENURUNAN SUKU BUNGA ACUAN TERHENTI

BI mempertahankan level suku bunga acuan

Sesuai dengan perkiraan kami, dalam pertemuan bulanannya tanggal 19 Oktober 2017 Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan 7Day Reverse Repo Rate pada level 4,25%. BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility (DF) pada 3,50% dan suku bunga Lending Facility (LF) pada 5,00%. Kebijakan ini diambil setelah BI menurunkan suku bunga acuannya dalam dua bulan berturut-turut di bulan Agustus dan September 2017.

Ketika BI menurunkan suku bunga acuannya pada bulan Agustus dan September 2017, faktor domestik yang menjadi pertimbangan utama yaitu upaya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui intermediasi perbankan di tengah inflasi yang masih rendah dan rupiah yang relatif stabil.

Untuk kali ini faktor global yang menjadi pertimbangan utama, terutama rencana lanjutan normalisasi kebijakan moneter Bank Sentral AS (the Fed) dan reformasi fiskal pemerintahan Presiden Donald Trump.


Grafik 1. Pergerakan suku bunga acuan Bank Sentral dan Inflasi Indonesia




Sumber: Bank Indonesia dan BPS


Perubahan faktor global terjadi pada paruh kedua bulan September 2017 yang langsung terefleksi pada pergerakan nilai tukar Rupiah seperti terlihat pada grafik 2. Meskipun Rupiah sempat menguat ke level 13.156 per USD pada paruh pertama bulan September, namun setelah itu mengalami pelemahan yang didorong oleh penguatan USD.

Penguatan USD dipicu oleh pengumuman Tax Plan Presiden Trump pada tanggal 21 September 2017 dan juga semakin menguatnya ekspektasi bahwa the Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuannya di bulan Desember 2017. Akibatnya Rupiah melemah dan menembus level 13.500 sampai saat ini.


Grafik 2. Inflasi Indonesia vs Policy Rate BI dan the Fed serta Bunga JIBOR O/N




Sumber: Bloomberg

BI akan mempertahankan suku bunga acuan dalam beberapa bulan ke depan

Dalam asesmennya, BI melihat bahwa perbaikan ekonomi Indonesia terus berlanjut yang ditunjukkan dengan ekspektasi perbaikan pertumbuhan ekonomi kuartal 3 2017 yang salah satunya ditopang oleh penyaluran gaji ke-13 PNS, penyaluran bantuan sosial dan realisasi belanja barang Pemerintah. Neraca Perdagangan juga mencatat surplus sebesar USD10,87 miliar untuk periode Januari-September 2017 yang mendorong kenaikan cadangan devisa menjadi USD129,4 miliar pada akhir September 2017.

Stabilitas sistem perbankan masih terjaga dengan masih tingginya rasio kecukupan modal (CAR) pada level 23,11% dan rasio likuiditas (AL/DPK) pada level 23,4%. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan masih belum bergerak signifikan yang terlihat dari masih rendahnya pertumbuhan kredit sebesar 8,3% yoy dan pertumbuhan DPK sebesar 9,6% yoy di bulan Agustus 2017. Konsolidasi perbankan dalam menjaga kualitas kredit nampaknya masih berlanjut di tengah rasio kredit bermasalah (NPL) yang tidak bergerak dari level 3,0% pada bulan Agustus 2017.

Kombinasi antara upaya mendorong intermediasi perbankan di tengah resiko gejolak faktor ekonomi global inilah yang membuat kami memperkirakan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 4,25% sampai dengan semester 1 2018. Dan untuk dapat tetap mendorong intermediasi perbankan, yang menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional, BI akan menggunakan kebijakan moneter non suku bunga seperti LTV spasial.


Oleh:

Winang Budoyo
Chief Economist Bank BTN


Baca Artikel Terkait
Makro Update | 8 September 2022
Produk Domestik Bruto Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melanjutkan Perbaikannya Pada Triwulan II 2022
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia triwulan II tahun 2022 yang mencapai Rp4.919,9 triliun atas dasar harga berlaku dan sebesar Rp2.923,7 triliun bila dihitung berdasarkan harga konstan 2010. Jika dibandingkan dengan triwulan II-2021 maka ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,44% yoy. Setelah tumbuh sebesar 5,01% pada triwulan I tahun 2022, ekonomi Indonesia terusBaca Selengkapnya
Makro Update | 15 Mei 2022
Produk Domestik Bruto Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melanjutkan Perbaikannya Pada Triwulan I 2022
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia triwulan I tahun 2022 yang mencapai Rp4.513,0 triliun atas dasar harga berlaku dan sebesar Rp2.818,6 triliun bila dihitung berdasarkan harga konstan 2010. Jika dibandingkan dengan triwulan I-2021 maka ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01% yoy.  Setelah terkoreksi di triwulan III tahun 2021, ekonomi Indonesia terusBaca Selengkapnya
Makro Update | 13 April 2022
Produk Domestik Bruto - Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV 2021 Kembali Menguat
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia triwulan IV tahun 2021 yang mencapai Rp4.498,0 triliun atas dasar harga berlaku dan sebesar Rp2.845,9 triliun bila dihitung berdasarkan harga konstan 2010. Jika dibandingkan dengan triwulan IV-2020 maka ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,02% yoy. Sedangkan secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi IndonesiaBaca Selengkapnya